widget

Anda ingin membuat buat Buku Tamu seperti ini?
Klik di sini

Tuesday, December 25, 2012

Penderitaan Bisa Dilawan

Selama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam, dia pun pasti bisa dilawan oleh manusia (Pramoedya Ananta Toer dalam Anak Semua Bangsa).

Saya sedang bicara penderitaan yang dialami pesepakbola-pesepakbola di Indonesia, yang gajinya berbulan-bulan tak dibayar oleh klub mereka. Tapi, para pemain itu seolah tak berdaya, seakan tak punya kekuatan untuk menuntut apa yang menjadi hak mereka.

Baik Indonesia Super League (ISL) maupun Indonesian Premier League (IPL) punya utang besar kepada para pemain. Namun, masalah ini tak kunjung selesai, bahkan ketika kompetisi musim lalu sudah berakhir beberapa bulan lalu.

Untuk catatan saja, hingga saat ini sisa utang gaji klub-klub ISL musim 2011/12 yakni, PSPS 10 bulan, Persidafon 9 bulan, PSMS 8 bulan, Persela 6 bulan, Arema 6 bulan, Persija 5 bulan, Persiba 4 bulan, Pelita Jaya 2 bulan, Deltras 6 bulan, Persela 7 bulan dan Sriwijaya FC 2 bulan. Itu belum daftar utang dari klub-klub Divisi Utama ISL.

Sementara itu, sisa utang gaji klub-kub IPL musim 2011/12 yakni, Bontang 7 bulan,Persija Jakarta, Persema, Persiraja, Persiba Bantul, PSM melakukan terminasi kontrak pemain dengan hanya membayar 2 bulan saja dari total 6 sampai 7 bulan tunggakan.

Titik terendah penderitaan pesepakbola di Indonesia adalah ketika seorang pemain asing asal Paraguay, Diego Mendieta meninggal dunia. Gaji Diego tak dibayar empat bulan oleh Persis Solo PT Liga Indonesia (KPSI), padahal saat itu dia tengah sakit dan tak punya biaya untuk berobat ke rumah sakit. Bukan hanya itu, bahkan dia juga harus menunggak membayar rumah kontrakan.

Persis Solo PT Liga Indonesia baru berjanji melunasi tunggakan gaji, setelah Diego mengembuskan nafas terakhir. Bayangkan, seorang pemain harus meninggal dunia lebih dulu agar gajinya dibayar.

Lain halnya dengan pemain Persipro Probolinggo, Abdoulaye Camara, yang harus mengemis demi membiayai hidupnya dan untuk pulang ke kampung halamannya, karena 6 bulan belum terima gaji. Begitu kejamnya sepakbola Indonesia.

Hebatnya lagi, ISL sudah me-launching musim baru dengan klub-klub yang masih menunggak gaji para pemainnya. Mereka tentu lebih punya hati nurani bila membayar tunggakan musim lalu dibanding membiayai musim baru. Adakah niat baik mereka untuk melunasi hak-hak para pemain?

Apakah ada tim verifikasi klub-klub ISL? Mengapa dengan utang setumpuk tapi masih bisa ikut kompetisi? Kita bisa mencontoh kompetisi Eropa, bila sebuah klub tidak bisa melunasi gaji pemain musim lalu, maka akan ada sanksi untuk klub. Entah berupa pengurangan poin atau degradasi ke level kompetisi yang lebih rendah.

Uniknya, pemain Indonesia tak pernah merasa kapok dengan kondisi yang sesungguhnya berulangkali terjadi ini. Dalam kutipan Pram di awal tulisan, dikatakan penderitaan yang disebabkan manusia bisa dilawan, maka seluruh pemain di kompetisi harus bersikap satu suara.

Pemain tidak bisa lagi dengan hanya ikut bersimpati kepada pemain lain yang belum digaji, karena bukan tak mungkin, pemain yang gajinya lancar saat ini, di lain waktu bisa berada pada posisi berbulan-bulan tidak digaji. Lihatlah bagaimana pemain-pemain bintang La Liga dari Barcelona & Real Madrid di awal musim ini yang ikut mogok main demi solidaritas, karena pemain dari klub lain belum dibayar gajinya. Alhasil, kompetisi La Liga sempat molor digelar, dan klub menjamin pelunasan gaji pemain.

Para pemain punya kekuatan untuk melawan penderitaan yang disebabkan oleh manusia lain. Kondisi ini bukan takdir. Tidakkah kalian bosan selalu berada dalam lagi dalam posisi yang dirugikan? Maka berjuanglah untuk nasib kalian sendiri, berjuang untuk menjadikan kompetisi sepakbola Indonesia lebih baik.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More