“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah
dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah)” (QS. Ibrahim:34).
Setiap kali
ada yang meninggal, sebahagian masyarakat di Aceh (di masa lampau)
menyebutnya “orang habis rezeki”. Bila ditelusuri, memang demikianlah
adanya. Rezeki bukan hanya berbentuk harta, tetapi juga berbagai
kenikmatan lain seperti nafas, umur, tempat tinggal, keluarga,
persahabatan, kesehatan anggota tubuh, kesempatan mendulang pahala, dan
lain-lain. Tak seorangpun sanggup menghitungnya. Namun semua itu akan
terhenti tatkala kematian tiba.
Bila ini semua difahami sebagai
rezeki, maka tak ada seorangpun pantas merasa kecewa manakala dalam
bersusah payah mencari rezeki, kadangkala tak memperoleh harta benda.
Sebab, di saat tak memperoleh harta, masih banyak rezeki lain yang
didapat dan masih dinikmati. Namun sayangnya, sebahagian insan tidak mau
merenungkan dan menyadarinya.
Ketidakmauan merenungkan dan
menyadari hal ini berakibat fatal bagi manusia. Sebahagian orang menjadi
berprasangka buruk terhadap Allah. Seakan-akan Allah tidak memberi
rezeki. Padahal Allah memiliki sifat Ar-Rahman, yang terus
menganugerahkan rezeki kepada hamba-hambaNya di mana saja, termasuk
kepada orang-orang yang mengingkariNya.
Namun bila mau direnungi,
siapapun tak akan henti-hentinya bersyukur atas segala karunia Allah
yang dinikmati siang dan malam. Juga akan merasa tak bisa hidup sesaat
pun, bila tak mendapat rezeki dari Allah.
0 comments:
Post a Comment