“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dia lah
sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)” (QS.
Shaad: 44).
Nabi Ayyub ‘alaihissalam dikenal sebagai lambang
kesabaran. Sebelum ditimpa musibah, beliau memiliki segalanya, mulai
dari isteri yang cantik, anak-anak yang banyak, harta berlimpah, dan
tubuh yang kuat perkasa. Namun kemudian beliau diuji dengan kehidupan
yang penuh dengan penderitaan, hingga tubuhnya digerogoti penyakit kulit
yang sangat parah, berulat dan berbau tak sedap.
Di saat
menderita dan hartanya sudah habis, Nabi Ayyub didatangi iblis. Iblis
mencoba menggoda Nabi, seraya menanyakan apakah beliau akan tetap
menyembah Allah di saat semua hartanya telah dimusnahkan. Nabi Ayyub
menjawab bahwa semua harta itu adalah pemberian Allah, maka sangat wajar
bila kini diambilnya kembali darinya. Takkan berhenti beliau menyembah
Allah, meskipun diuji lebih berat dari itu. Hanya saja beliau berharap
agar disisakan hati dan lidahnya agar dapat mengingat dan berzikir
kepada Allah. Iblis kecewa sekali mendengar jawaban demikian.
Belajar
dari kisah Nabi Ayyub, kita sepantasnya merasa malu sekali bila sedikit
saja diuji, langsung memudar dan bahkan lekang keimanan dari hati. Baru
hilang jabatan atau sebahagian harta, kita sudah sangat kecewa, bahkan
hingga berputus asa. Baru sedikit diuji dengan penderitaan, sebahagian
kita tak lagi mau melaksanakan ibadah, gara-gara menyangka bahwa Allah
tidak mau membantu.
0 comments:
Post a Comment