TANAH LAUT - Cibiran yang kerap diterima Basuki kini
berbalik manis. Bagaimana tidak, berkat keuletannya dalam mengolah
limbah kotoran sapi, kini ia mampu berbicara banyak.
Bapak lima
anak ini, kini bisa tersenyum lebar. Terlebih dari hasil usahanya itu
mampu meraup keuntungan Rp26 juta per bulan. Jerih payahnya selama
delapan tahun terbayar.
Hidupnya kini berubah, tak ada gambaran
pahit lagi. "Saya dulu pahit nasibnya, ditertawakan warga dan juga
bupati, gara-gara menggeluti usaha pupuk organik," ujar Basuki saat
berbincang dengan Okezone, di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan,
Selasa (18/12/2012).
Kisah seperti pak Basuki tersebut bukan
tanpa sebab. Alkisah dimulai saat ia beserta keluarga mengikuti program
transmigrasi pada tahun 1977 silam. Jatuh bangun ia rasakan, sejumlah
upaya kerasnya tak berbuah manis.
Namun setelah mengikuti program
pelatihan di Pusat Pengembangan Ilmu dan Agri Bisnis Petani Kecil
(Puspitek Agripeka) pada 2003, usahanya dibidang pengembangan pupuk
berkualitas tinggi membuahkan hasil dalam kurun waktu satu tahun.
Ditambah
lagi, melalui bantuan nuklir dari hasil riset dan peneliatan yang
dilakukan oleh Puspitek Agripeka, basuki bisa menghasilkan pupuk yang
berkualitas tinggi. Kini tidak ada lagi olok-olok dari masyarakat
sekitar. Bupati pun diam seribu bahasa mengetahui ada warganya yang
sukses dari kotoran sapi (dulu Bupati mencibir).
Anis Wahdi,
salah seorang peneliti di Puspitek Agripeka menyatakan, bangunan untuk
membuat laboratorium nuklir di pembuatan pupuk dari kotoran sapi tidak
perlu besar.
Buktinya, bangunan laboratorium nuklir milik Basuki
hanya semi permanen berukuran sekira 5 x 15 meter berdiri di sekitar
tanah yang becek dan dikelilingi pepohonan -- sama sekali tak terlihat
istimewa.
Bahkan, sekitarnya terdapat tumpukan karung yang
tertata dengan pekerja tanpa baju sibuk menjahiti karung penuh berisi
pupuk menghiasi bangunan tersebut. Lalu dimana nuklirnya, menurut Anis
nuklirnya ada di laboratorium diantara tumpukan pupuk tersebut.
Nuklirnya
kata Anis, tidak dicampur langsung dengan pupuk. Melainkan sebelum
pupuk diolah, para peneliti nuklir Batan mencari formulasi yang tepat
sehingga dapat menghasilkan pupuk yang berkualitas.
"Berkat pengaplikasian teknologi nuklir, bisnis peternakan pun tumbuh, bukan hanya untuk penggemukan sapi lewat Urea Multi Matrient Molasses Block
(UMMB), bisnis pengolahan limbah sapi pun cukup menjanjikan hasilnya,"
tutur Anis yang merupakan dosen di Fakultas Pertanian, Program Studi
(Prodi) Produksi Peternakan, Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan
Selatan.
0 comments:
Post a Comment